Rabu, 11 Mei 2011

Skripsi Tehnik (Endha Blogspot)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Jaringan jalan raya yang merupakan prasarana transportasi darat memegang peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan utamanya dalam sektor perhubungan distribusi barang dan jasa. Angkutan sebagai tatanan mobilitas, social, budaya, ekonomi, dan hamkam di tuntut untuk lebih cepat, handal, lebih efisien dan daya saing tinggi oleh karena itu, masalah angkutan lalu lintas dicoba dipilih untuk memudahkan para penentu kebijakan melihat lebih tajam permasalahan yang ada, dengan begitu mereka dapat menentukan kebijakan menggenai angkutan dan lalu lintas yang paling tepat untuk di terapkan, baik di lingkungan daerah maupun nasional. Jalan sebagai prasarana yang utama mempunyai masalah kompleks antara lain meningkatnya jumlah kendaraan umum maupun pribadi yang berupa peningkatan beban yang sknifikan terhadap kemampun serta kelayakan jalan tersebut, sistim pengolahan bahan yang tidak baik kondisi lingkungan dapat menyebabkan kerusakan pada kontruksi perkerasan jalan.

Umumnya di Kota Baturaja mengalami banyak kerusakan pada lapis perkerasan yang dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan pemakai jalan dalam menggunakan fasilitas jalan tersebut oleh sebab itu penanganan konstruksi perkerasan baik yang bersifat pemeliharaan penunjang peningkatan atau rehabilitasi dapat di lakukan dengan baik setelah kerusakan – kerusakan yang timbul pada perkerasan tersebut dan di evaluasi mengenai penyebab dan akibat dari kerusakan tersebut.

I.2. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis kerusakan pada perkerasan jalan Simpang Lekis – Simpang Batumarta Unit II serta menganalis penyebab kerusakan jalan tersebut sehingga dapat memperlancar arus lalu lintas dari kota maupun menuju ke luar Kota Baturaja.

I.3. Batasan Masalah

Untuk memperoleh ruang lingkup pembahasan sehingga di capai suatu hasil yang bersifat efisien dan praktis, maka dalam memberikan uraian masalah kerusakan jalan simpang Lekis – simpang Batumarta Unit II ini di batasi pada penelitian / analisa kerusakan jalan.

I.4. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini penulisan pembahasan mengenai kerusakan jalan raya dengan metode study literatur dengan berpegangan pada prinsip dari metode Depar Temen Pekerjaan Umum Bina Marga, dimana data diperoleh dari membaca literatur yang berhubungan mengenai jalan raya.

Adapun bab-bab yang akan diuraikan dalam tulisan ini adalah

sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas latar belakang penulisan, maksud dan tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan tentang pengertian tentang jalan raya serta klasifikasi pada lalulintas jalan raya.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisikan tentang teknik pengumpulan data, waktu dan lokasi penelitian serta diagram alir penelitian.

BAB IV Analisa Data

Bab ini berisikan tentang analisa kerusakan pada perkerasan jalan secara visual agar mengetahui jenis – jenis kerusakan pada perkerasan jalan tersebut.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang telah di bahas pada bab IV.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jalan Raya

Jalan raya sebagai jalan penghubung yang sangat penting dalam menunjang pembangunan saat ini khususnya untuk daerah kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) yang baru berkembang selain penunjang sarana ekonomi juga lebih panting dalam menunjang aspek pembangunan lain nya seperti aspek Politik, Sosial, Budaya dan Hukum. Dalam penataan jaringan jalan, agar tersusun jaringan yang baik, harus diperhatikan tata jenjang (hieraki) jaringan tata jaringan jalan akan mengarah pada susunan sistem sirkulasi lalu lintas dijalan untuk mewujudkan keter paduan antara lalulintas dan angkutan jalan dengan modal angkutan lain, ditetapkan jaringan angkutan jalan yang menghubungkan seluruh wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) khususnya. Penetapan jaringan angkutan jalan merupakan salah satu unsur pokok pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan untuk mencapai tujuan tercapainya sistem angkutan yang andal, aman, nyaman, cepat, tertip, teratur dan efisien. Selain itu jaringan angkutan jalan memerlukan model angkutan lain nya, untuk menjangkau seluruh pelosok dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau.

a. Fungsi Jalan

Sistem jaringan jalan di Indonesia dapat di bedakan menjadi dua sistem jaringan jalan yaitu sistem jaringan primer dan sistem jaringan sekundar.

Sistem jaringan primer adalah sistem jaringan dengan perana pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan suatu wilayah ditingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujut kota. ini berarti sistem jaringan jalan primer menghubungkan simpul- simpul jasa distribusi sebagai berikut:

1. Dalam suatu wilayah pembangunan menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu ( ibu kota propinsi ), kota jenjang kedua ( ibu kota kabupaten kota madya), kota jenjang ketiga ( kecamatan ), dan kota jenjang ke bawah sampai ke persil.

2. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan jenjang kota kesatu antara suatu wilayah pengembangan.

Sistem jaringan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan perana pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota, ini berarti sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempuyai fungsi primer fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seteruanya.

Berdasar kan fungsi jalan, jalan dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu:

1. Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri

Perjalanan jarak jauh, kecepatan rata - rata tinggi dan jumlah jalan masuk di batasi secara efisien.

2. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri - ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata - rata sedang dan jumlah masuk dibatasi.

3. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri - ciri perjalana jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan yang masuk tidak dibatasi.

b. Bahu Jalan

Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai:

1. Ruang untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan di tempuh atau untuk sekedar beristirat.

2. Ruang untuk menghindari diri disaat – saat darurat, sehinga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

3. Memberi kelegaan pada pengemudi, dengan demikiaan dapat meningkat kan kapasitas jalan yang bersangkutan.

4. Memberi sokongan pada kontruksi pada perkerasan jalan dari arah samping.

5. Ruang pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan (untuk tempat penempatan alat –alat, dan penimbunan bahan material).

6. Ruang untuk lintasan kendaraan – kendaraan patrol, ambulace, yang sangat dibutuh kan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan.

c. Jenis Bahu

Berdasar kan tipe perkerasannya bahu jalan dapat di bedakan atas :

1. Bahu yang tidak diperkaras, yaitu bahu yang haya dibuat dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat. Biasanya di gunakan agergat bercapur sedikit lempung. Bahu yang tidak di perkeras ini digunakan untuk daerah – daerah yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang berhenti dan menggunakan bahu jalan tidak begutu banyak jumlahnya.

2. Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih kedap air di bandingkan bahu yang tidak di perkeras. Bahu jenis ini digunakan untuk jalan – jalan dimana kendaraan yang akan berhenti dan memakai bagian tersebut besar jumlahnya, seperti sepanjang jalan tol, disepanjang jalan arteri yang melintasi kota, dan tikungan – tikungan tajam.

Dilihat letaknya bahu terhadap lalu lintas, maka bahu jalan dapat di bedakan atas :

a. Bahu kiri / bahu luar (lef shoud/outer shoulder), adalah bahu yang terletak di tepi sebelah kiri dari lalu lintas.

b. Bahu kanan / bahu dalam (ring / inner shoulder), adalah bahu yang terletak disebelah kanan dari lalu lintas.

2.2. Klasifikasi Dan Lalu Lintas Jalan Raya

a. Klasifikasi

Berdasar kan peraturan giometrik jalan raya No. 13/1970. Kelasifikasi menurut fungsi nya dapat dibedakan menjadi tiga golongan penting, yaitu:

1. Jalan utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota - kota yang penting atau pusat - pusat produksi dan pusat - pusat ekspor. Jalan-jalan dalam golongan ini harus di rencanakan untuk dapat melayani lalu lintas yang cepat dan berat.

2. Jalan sekunder adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antara kota-kota yang lebih kecil, serta melayani daerah-daerah sekitarnya.

3. Jalan penghubung adalah jalan untuk keperluan aktifitas daerah yang juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan - jalan dari golongan yang sama atau yang berlainan.

Tabel 2.1. Klasifikasi jalan menurut peraturan giometrik

KELASIFIKASI

LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA ( LHR ) dalam smp

Fungsi

Kelas

UTAMA SEKUNDER

PENGHUBUNG

I

IIA

IIB

IIC

III

>20.000

6.000 sampai 20.000

1.500 sampai 8.000

< 2.000

-

Sember: Direktorat Jenderal Bina Marga PU peraturan perencanaan giometrik jalan raya (1970 )

Jalan dibagi dalam kelas - kelas yang penetapannya kecuali didasarkan pada fungsinya juga di pertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas yang diharapkan menggunakan jalan yang bersangkuatan.

Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan mobil Penumpang ( SMP ) yang besarnya menunjukan jumlah lalu Lintas Harian Rata - rata ( LHR ) untuk kedua jurusan.

1. Kelas I

Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat melayani lalu lintas cepat dan berat, dalam komposisi lalu lintasnya tidak dapat kendaraan lambat atau kendaraan tak bermotor, jalan raya dalam kelas ini merupakan jalan - jalan raya yang berjalur banyak dengan kontruksi perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanaan dalam lalu lintas.

2. Kelas II

Kelas ini mencakup jalan - jalan sekunder. Dalam komposisi lalu lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Kelas ini, lanjutnya berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya, di bagi tiga kelas IIA, IIB, IIC.

3. kelas IIA

Kelas ini adalah jalan - jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan kontstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton ( hotmix ) atau yang setaraf, dimana dalam komposisi lalu lintas yang terdapat kendaraan lambat tapi tanpa kendaraan tak bermotor. Untuk lalu lintas lambat harus disedikan jalur tersendiri.

4. Kelas IIB

Kelas jalan ini adalah jalan - jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari penetrasian berganda atau yang sertaraf dimana di dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat, tetapi tanpa kendaraan tak bermotor.

5. Kelas III

Kalas jalan ini mencakup semua jalan - jalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua kontruksi permukaan jalan yang paling tinggi adalah peleburan aspal.

b. Lalu Lintas

Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan cepat, kendaraan lambat, kendaraan berat, kendaraan ringan dan kendaraan tak bermotor dalam hubungannya dengan kapasitas jalan, pengaruh dari setiap jenis kendaraan tersebut terhadap keseluruhan arus lalu lintas, diperhitungkan dengan membandingkan terhadap penggaruh dari sebuah mobil penumpang, pegaruh mobil penumpang dalam hal ini dipakai dalam satuan dan di sebut ”satuan mobil penumpang” atau disingkat ”SMP”.

Untuk memulai setiap kendaraan kedalan satuan mobil penumpang (SMP), bagi jalan-jalan di daerah datar di gunakan koefisien di bawah ini.

Table 2.2. Koefisien Satuan Mobil Penumpang (SMP)

No.

Jenis kendaraan

SMP

1

2

3

4

5

6

7

Sepeda

Mobil penumpang

Truk ringan ( berat kotor < 5ton)

Truk sedang > 5 ton

Bus

Truk berat > 10 ton

Kendaraan tak bermotor

0,5

I

2

2,5

3

3

7

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga Perencanaan Giografis jalan (1970)

c. Sifat – sifat Arus Lalu Lintas

Sifat umum : hal utama yang selalu menjadi perhatian dalam perencanaan dan operation dari suatu sistem jalan adalah arus dari sekelompok kendaraan yang akan menggunakan jalan tersebut, yang selanjutnya disebut arus lalu lintas. Arus lalu lintas merupakan hasil dari sistem pengemudi, kendaraan dan jalan dengan demikian sangat ditentukan oleh metodologi sifat – sifat ketiga unsur diatas.

d. Jalur Lalu Lintas

Jalur lalu lintas ( Travelled way = carriage way) adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan diperuntukan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa jalur ( lane) kendaraan. Lajur kendaraan bagian dari jalur lalulintas yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh suatu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jadi jumlah minimum untuk jalan dua arah di tentukan dengan pengamatan langsung dilapangan karena :

1. lalu lintas kendaraan yang sudah tidak mungkin diikuti oleh lintas kendaraan lain dengan tepat.

2. Lajur lalu lintas tak mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimumuntuk keamanan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuh kan ruang gerak antara kendaraan.

3. Lintas kendaraan tidak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas, karena kendaraan selama bergerak mengalami gaya samping seperti tidak ratanya permukaan, gaya sentrifugal ditikungan, dan gaya angin akibat kendaraan lain yang meyalip.

Lebar kendaraan penumpang pada umumnya berfareasi antara 1,50 m - 1,75 m Bina marga mengambil lebar rencana untuk mobil penumpang adalah 1,70 m dan 2,50 m untuk kendaraan rencana truk/bis/semitrailer. Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaran ditambah dengan ruang bebas antara kendaran yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharap kan. Jalan yang digunakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi, membutuhkan ruang bebas untuk menyalip dan bergerak yang lebih besar dibanding jalan untuk kecepatan rendah.

Pada jalan lokal untuk kecepatan rendah lebar jalan minimum 5,50 m ( 2 x 2,75 m ) cukup memadai untuk jalan dua jalur untuk dua arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar lima meter masih di perkenaankan jalan yang direncanakan untuk kecepatan tinggi, mempunyai lebar jalur lalulintas yang lebih besar dari 3,25 m, sebaik nya 3,50 m.

e. Jumlah Lajur Lalu Lintas

Banyaknya lajur yang di butuhkan sangat tergatung dari volume lalu lintas yang akan memakai jalan tersebut dan tingkatan pelayanan yang di harap kan.

2.3. Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas

Kemiringan melintang jalur lalu lintas di jalan lurus di perhitungkan terutama untuk kebutuhan drainase jalan. Air yang jatuh dari atas supanya cepat dialirkan keseluruh pembuamgan. Kemiringan melintang bervareasi antara 1,5 % - 3 % , untuk lapisan permukaan dengan mengunakan bahan pengikat seperti semen atau aspal semakin kedap air lapisan tersebut semakin kecil kemiringan melintang yang dapat digunakan.

Sedangkan untuk jalan dengan lapis permukaan belum mempergunakan bahan pengikat seperti jalan berkerikil, kemiringan melitang di buat sebesar 5 % kemiringan melintang jalur lalu lintas ditikungan dibuat untuk kebutuhan keseimbangan gaya sentrifugal yang berkerja, disamping kebutuhan akan drainase.

2.4. Lapisan Perkerasan

Perkerasan di bagi menjadi tiga jenis yaitu: Fleksibel pavement, Rigid pavement, Campasite pavement.

a. Feleksibel Pavement

Felek sibel pavement adalah: perkerasan feleksibel dengan bahan terdiri atas bahan ikat berupa (aspal, tana liat, batu) perkerasan ini umumnya terdiri atas tiga lapis atau lebih.

Urut-urutan lapis adalah lapis permukaan, lapis pondasi bawah dan sub gred.




Gambar 2.1. Bagian lapisan perkerasan

Apa bila beban roda yang terjadi pada permukaan jalan pada p ton, maka beban ini akan diteruskan ke lapis bawahnya dengan system peyebaran tekan, sehingga semakin kebawah dalam tekanan yang di rasakan akan semakin kecil.

Fungsi dan masing-masing lapisan adalah sebagai berikut:

a. Lapis permukaan

1. Memberikan suatu bagian permukan yang rata.

2. Menahan gaya geser dari beben roda.

3. Sebagian lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan.

4. Sebagai lapisan aus.

b. Lapisan pondasi

1. Sebagai lapisan pendukung bagi lapisan permukaan dan juga ikut menahan gaya geser beban roda.

2. Sebagai lapisan resapan untuk lapisan pondasi bawah.

c. Lapisan pondasi bawah

1. Untuk meyebarkan tekanan tanah.

2. Material dapat digunakan kualitas yang rendah agar efisien.

3. Sebagai lapis resapan.

4. Mencegah masuknya tanah dasar ke lapisan pondasi atas.

5. Sebagai lapisan I untuk pelaksanaan perkerasan.

b. Rigid Pavement

Rigid pavement adalah perkerasan kaku ( Rigid Pavement ) dengan bahan perkerasan yang terdiri atas bahan ikat (semen portlaind, tanah liat) dengan batuan bahan ikat semen Portland digunakan untuk lapis permukaan yang terdiri atas campuran batu dan semen (beton) yang disebut slab beton.




Gambar 2.2. Lapisan rigid pavemen

Dikerenakan beton akan segera mengeras sehabis dicor, pembuatan beton tidak dapat menerus, maka pada perkerasan ini terdapat sambungan-sambungan beton atau join. Pada perkerasan ini, slab beton akan ikut memikul beban roda, sehingga kualitas beton sangat menentukan kualitas pada rigid pavement.

c. Composite Pavement.

Jenis perkerasan ini merupakan kombinasi antara rigid pavement dan flexible Pavement.




Ganbar 2.3 Lapis composite pavement

2.5. Pemilihan Jenis Perkerasan

Untuk beban roda dengan kecepetan tinggi lebih sesuai dengan flexible pavement sadangkan beben yang setatis dengan kecepatan rendah lebih cocok dengan rigid pavement jalan raya dengan rigid pavement masih jarang, yang bayak dipakai adalah jenis flexible pavement. untuk pelabuhan udara banyak dipakai jenis rigid pavement.

2.6. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan dimana lokasi jalan tersebut berada mempengaruhi lapisan perkerasan jalan dan tanah dasar antara lain:

a. Berpengaruh terhadap sipat teknis konstruksi perkerasan dan komponen material lapis.

b. Pelapukan bahan material.

c. Mempengaruhi penurunan tingkat kenyamanan dari perkerasan jalan.

Faktor utama yang mempengaruhi konstrusi perkerasan jalan ialah air yang berasal dari hujan dan pengaruh perubahan temperatur akibat perubahan cuaca.

2.7. Air Dan Tanah Dasar (subgrede)

Adaya aliran disekitar badan jalan dapat mengakibat kan rembesan air kebadan jalan yang dapat mengakibatkan:

1. Ikatan antara butiran agergat aspal lepas, sehinga lapisan perkerasan tidak lagi kedap air dan rusak.

2. Perubahan kadar air mempengaruhi sipat daya dukung tanah dasar.

Aliran air disekitar lapisan perkerasan dapat berasal dari:

a. Seepage dari tempat yang lebih tinggi disekitar kontruksi perkerasan hal ini terjadi terutama pada tanah galian.

b. Fluktuasi ketinggian maka air tanah.

c. Infiltrasi air melalui permukaan perkerasan atau bahu jalan.

d. Rembesan air daru tempat yang lebih besar ke tempat yang lebih kering.

Besar nya intensitas aliran air targantung dari:

1. Presipitas ( hujan ) dan intensitas hujan sehubungan dengan iklim setempat. Air hujan akan jatuh kebadan jalan dan masak kelapisan dasar melalui bahu jalan. Aliran air secara horizontal ke lapisan perkerasan terjadi jika kadar air tinggi di bahu jalan dan rendah dibawah lapisan permukaan jalan. Halini dapat di atasi dengan membuat bahu dri tanah berbutir kasar.

2. Sifat kapilaritas dari tanah dasar.

3. Jika tanah dasar mempuyai kadar air tanah, maka air dapat merembes ke atas akibat adanya daya kapiler. Besarnya kemampuan ini ditentukan oleh jenis tanah dasar itu sendiri.

Itensitas aliran air di tentukan juga di kondisi drainase disekitar badan jalan tersebut aliran air pada badan jalan kurang mempengaruhi kadar air tanah dasar jika drainase jalan tersebut baik. Besar kecilnya drainase yang akan di buat tergantung dari:

1. Intensitas hujan, semakin tinggi intensitas air hujan didaerah tersebut semakin banyak air yang harus dialirkan, semakin besar kebutuhan drainase.

2. Keadaan medan dan ketinggian muka air tanah dan elavasi tanah dasar.

Tanah dasar pada galian umumnya mempuyai muka air tanah yang tinggi, sehingga harus dilengkapi dengan bangunan draianse bawah tanah yang baik dengan demikian kondisi yang terbaik yaitu dapat memelihara kadar air dalam keadan seimbang. hal ini dapat dilakukan dengan :

a. Membuat drainase di tempat yang di perlukan.

b. Bahu jalan di pilih dari material yang cepat mengalirkan air, ditempat tertentu dibuat dari lapisan kedap air.

c. Tanah dasar dipadat kan pada keadaan kadar air optimum sehingga tercapai kepadatan yang baik.

d. Mengunakan tanah dasar yang stabilisasi.

e. Menggunakan lapisan permukaan yang kedap air.

f. Lapisan perkerasan dibuat lebuh lebar dari lebar yang di butuhkan.

2.8. Perubahan Temperatur

Perubahan temperatur di Indonesia dapat terjadi karena perubahan musim dari musim penghujan kemusim kemarau atau karena pergantian siang dan malam, tetapi perubahan yang terjadi tidak sebesar di daerah dengan empat musim.

2.9. Lapis Perkerasan Campuran Aspal

2.9.1. Aspal

Aspal merupakan bahan perekat terdiri dari bahan bitumen dan mineral yang terjadi di alam atau dapat di peroleh dari residu penyulingan miyak bumi atau dari hasil penyulingan batu bara sebagai salah satu material konstruksi perkerasan lentur, aspal merupakan salah satu komponen kecil, umumnya hanya 4-10 % berdasarkan volume, tetapi merupakan komponen yang relatif mahal.

Ada dua aspal, yaitu aspal alam (aspal gunung, aspal danau) dan aspal buatan (aspal miyak, aspal ter). Untuk mengetahui sipat aspal pada konstruksi jalan ,kita harus paham dahulu fungsi dan yang harus dipenuhi aspal.

Funsi aspal bagi konstruksi jalan :

a. Menutup permukaan jalan hingga tak berdebu

b. Membuat permukaan jalan kedap air.

c. Memberikan pengikatan antara batuan atau antara lapisan lapisan konstruksi jalan.

d. menambah stabilitas atau memberikan semacam bantalan antara bantuan.

Pesyaratan yang harus dipenuhi :

1. Aspal harus melapis batuan dengan rapat

2. Aspal yang digunakan tidak cepat rapuh

3. Aspal mempunyai sifat yang melekat ( adhesi )yang baik terhadap batuan yang dilapis.

4. Aspal lapis batuan tidak peka terhadap perubahan suhu

5. Aspal harus memberikan lapisan yang elastis.

Dapat disimpulkan dari tuntutan fungsi dan syarat aspal untuk konstruksi jalan seperti yang disebutkan diatas, maka aspal dituntuk mempunyai sifat yang baik tentang : kekenyalan, pelekatan, dan kekerasan.

e. Aspal Beton Campuran Panas

A. Jenis-Jenis Campuran Beraspal

Umumnya campuran ini di sebut aspal panas ( ASPAL BETON), karena sejak mulai dicampur antara agregat dan bahan pengikat aspal, sampai dengan penghamparan dilakukan dalam keadaan panas maksud pemanasan disini adalah guna tercapainya campuran dengan baik (batu kerikil dan aspal dalam keadaan cair), dan mudah dalam pengerjaannya. (temperatur menurun, campuran mengeras).

1. Latasir atau lapis tipis aspal pasir (ARSS) kelas A dan B dipakai pada jalan - jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya daerah dimana agregat kasar tidak tersedia.

Pemilihan kelas A atau B tergantung terutama pada gradasi pasir yang digunakan tidak digunakan pada jalan lalu lintas berat dan pada daerah tanjakan.

2. Lataston atau lapisan tipis aspal beton ( HRS )

Lapisan tipis aspal beton yang terdiri dari konstruksi Hotroller Sheet (HRS), ditujukan untuk jalan yang memikul lalu lintas ringan atau sedang karakteristik yang penting adalah keawetan fleksibilitas dan ketahanan kelelahan yang tinggi, sedangkan pertimbangan kekuatan hanya kepentingan kedua.

3. Laston atau lapis aspal beton (AC)

Konstruksi lapis aspal beton ini digunakan untuk jalan - jalan lalu - lintas berat, tanjakan, pertemuan jalan, dan daerah - daerah lain dimana permukaan penanggung beban roda yang berat.

4. Aspal Treated Base (ATB)

Khusus diformasikan untuk meningkatkan keawetan dan ketahan terhadap kelelahan pondasi. berfungsi sebagai perkerasan yang meneruskan dan menyebarkan beban kebagian konstruksi jalan dibawah nya.

B. Klasifikasi Aspal Beton

Berdasar kan fungsi nya aspal beton campur panas dapat di klasifikasikan sibagai berikut :

1. Sebagai lapiasan permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser dan tekan roda serta memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi lapis di bawah nya dari rembes air.

2. Sebagai lapis pondasi atas.

3. Sebagai lapis pembentuk pondasi, jika di perlukan pada pekerjaan peningkatan atau pemeliharaan.

Sesuai dengan fungsinya maka lapis aspal beton mempuyai kandungan agergat dan aspal yang berbeda sebagai lapis aus, maka kadar aspal yang dikan dung nya haruslah cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air. agergat yang di pergunakan lebih halus dibandingkan dengan aspal beton yang berfungsi lapis pondasi.

C. Karakteristik Campuran

Karak teristik campuran yang memiliki oleh campuran aspal beton campuran panas adalah :

1. Setabilitas

Setabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur atau pun bleeding ( kegemukan ).

2. Durabilitas ( keawetan atau daya tahan )

Durabilitas diperlukan pada lapisan dapat mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu ataupun keausan akibat gesekan kendaraan.

3. Feleksibilitas ( kelenturan )

Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beben lalulintas berulang tanpa timbulnya retak.

4. Tahanan geser atau kekesatan (skid resistance)

Tahan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga kendaraan tidak menggalami slip baik di waktu hujan basah maupun di waktu kering. Kekesatan diyatakan dengan koofesien gesek antara permukaan jalan dan ban kendaraan.

5. Kedap air

6. Kemudahan pekerjaan (workability)

Yang dimaksud dengan kemudahan pelaksanaan adalah suatu campuran untuk dihampar dan dipadatkan sehingga di peroleh hasil yang memenuhi kepadatan yang di harapkan.

7. Ketahanan dan kelelahan (fatigue resistance)

Ketahanan kelelahan adalah ketahanan dari lapis aspal dalam menerima beben nerulang tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur (ruting) dan retak (cracking).

2.9.2. Jenis-Jenis kerusakan Pada Perkerasan Lentur

Menurut manual pemeriharaan jalan: 03/MN/B/1983 yangdi keluarkan oleh direktorat Jendral Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas:

A. Retak (Cracking) dan peneganannya:

Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :

a. Retak Halus (Haair Cracking)

Gambar . 2.9.1. retak halus

Sumber : Pekerasan lentur Jalan raya. Silvia Sukirman ( 1999)

Yaitu lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3 mm.

Penyebab kerusakan jalan ini adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapis permukaan kurang setabil dan drainase kurang baik. Pemeliharaan dapat di gunakan lapis latasirdan buras.

b. Retak Kulit Buaya (Alligator Crack)

Gambar .2.9.2. Retak kulit buaya

Sumber : Pekerasan lentur Jalan raya. Silvia Sukirman ( 1999 )

Yaitu kerusakan jalan berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang mempunyai kulit buayanya.

Penyebab kerusakan jalan ini adalah bahan perkeraasan yang kurang baik, pelapukan permukaan yang kurang stabil atau bahan lapis permukaan yang kurang stabil atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air dan drainase kurang baik.

Pemeliharaan dapat di gunakan lapis burda, burtu, atau lataston dengan cara dibongkar dan membuang bagian - bagian yang rusak kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai.

c. Retak Pingir (Edge Crack)

Gambar .2.9.3. Retak pinggir

Sumber : Pekerasan lentur Jalan raya. Silvia Sukirman ( 1999

Yaitu retak memanjang jalan atau tanpa cabang yang mengarah kebahu dan terlatak dekat bahu.

Penyebab kerusakan jalan ini adalah tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainasenya kurang baik danterjadi penyusutan tanah di daerah tersebut.

Retak dapat diperbaiki dengan megisi celah dengan campur aspal cair dan pasir dan perbaikan drainasenya.

d. Retak Sambungan Bahan Bahu Pada Perkerasan (Edge Joint Crack)

Retak memanjang umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan.

Penyebab kerusakan jalan ini adalah :

- Penyusutan material bahu/perkerasan jalan.

- Akubat lintasan truk/kendaraan beratdi bahujalan

- Kondisi drainase kurang baik.

Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan refleksi.

e. Retak Refleksi (Reflection Cracks)

Retak memanjang, melintang, diagonal atau membentuk kotak - kotak penyebapnya adalah terjadi gerakan vartikal, horizontal dibawah lapisan tambahan sebagai akibat peribahan kadar air pda jenis tanah. Perbaikan dapat kita lakukan dengan mengisi celah dengan canpuran aspal cair dan pasir. Untuk retak berbentu kotak perbaikan dilakuakan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.

f. Retak Sambungan Pada Perkerasan Jalan (Widening Cracks)

Retak memenjang terjadi pada sambungan antara perkersan lama dan perkerasan pelebaran.

Penyebap kerusakan jalan ini adalah :

- Ikatan antara sambungan tidak baik

- Perbedaan daya dukungtanah dibagian perkerasan lama dengan bagian pelebaran.

Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah yang timbuldengan campuran aspal cair dan pasir.

g. Retak Susut ( Shringkage Cracks )

Gambar.2.9.4. Retak susut

Sumber : Pekerasan lentur Jalan raya. Silvia Sukirman ( 1999

Retak yang saling bersambungan membentuk kotak – kotak dengan sudut tajam . Penyebab kerusakan jalan ini adalah perubahan volume pada lapis permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi ( penyetabilan ) rendah atau perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir yang dilapisi dengan batu.

h. Retak Selip ( Slippage Cracks )

Retak yang berbentuk melengkung seperti bulan sabit. Penyebabnya adalah kurang baiknya ikatan antara lapisan permukaan dan lapisan dibawahnya.

Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya :

- debu, minyak, dan air.

- akibat tidak diberinya Tracks Coat sebagai bahan pengikat antara kedua lapisan.

Retak selip pun dapat disebabkan terlalu banyaknya pasir dalam campuran lapisan permukaan atau kurang baiknya pemadatan pada lapisan permukaan. Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan menggantikan dengan yang lebih baik.

Distorsi lapisan

i. Distori ( Distortion )

Distori perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas.

Distori dapat dibedakan atas :

a. Alur ( Ruts )

Gambar .2.9.5. Alur

Sumber : Pekerasan lentur Jalan raya. Silvia Sukirman ( 1999

Yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh diatas

permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan dan akhirnya timbul retak – retak.

Penyebab :

- Lapis perkerasan yang kurang padat.

- Campuran aspal stabilitas rendah menimbulkan deformasi plastis. Perbaikan dilakukan dengan memberi lapisan tambahan tambahan dari lapis permukaan yang sesuai.

b. Keriting ( Conguration )

Alur terjadi melintang jalan dengan timbulnya lapisan permukaan yang keriting ini pengemudi akan merasakan tidak nyaman mengemudi.

Penyebab :

- Rendahnya stabilitas campuran ( terlalu tinggi kadar aspal ).

- Terlalu banyak agregat halus.

- Agregat berbentuk bulat dan permukaan licin.

- Aspal digunakan mempunyai penetrasi tinggi.

- Lalu lintas dibuka sebelum perkerasan mantap ( untuk perkerasan yang menggunakan aspal cair )

Perbaikan :

- Jika lapis permukaan yang keriting mempunyai lapis pondasi agregat, perbaikan yang tepat adalah dengan menggaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan kembali dan diberi lapis permukaan yang baru.

- Jika lapis permukaan dengan bahan pengikat mempunyai ketebalan 7 -5 Cm, maka lapis tipis yang mengalami keriting tersebut diangakat dan diberi lapis permukaan yang baru.

c. Sungkur ( Shoving )

Deformasi palstis yang terjadi setempat, ditempat kendaraan sering berhenti, kelandaian curam dan tikungan tajam kerusakan dapat terjadi dengan / tanpa retak, penyebab kerusakan sama dengan keriting perbaikan dapat dilakukan dengan cara dibongkar dan dilapisi kembali

d. Amblas ( Grade depressions )

Gambar 2.9.6. Amblas

Sumber : Pekerasan lentur Jalan raya. Silvia Sukirman ( 1999)

Terjadi setempat dengan atau tanpa retak. amblas dapat terjadi dengan adanya air yang tergenang, air meresap kedalam lapisan perkerasan lalu timbul lubang.

Penyebab amblas :

- Beban kendaraan yang melebihi rencana.

- Pelaksanaan kurang baik.

- Penuranan bagian perkerasan karena tanah dasar mengalami Stlement.

Perbaikan dapat dilakukan dengan :

- Untuk amblas yang <_ 5 Cm, bagian rendah di isi dengan bahan sesuai seperti lapen, lasaton, laston.

e. Jembul ( Upheaval )

Gambar .2.9.7. Jembul

Sumber : Pekerasan lentur Jalan raya. Silvia Sukirman ( 1999

Terjadi setempat dengan atau tanpa retak.

Penyebab : adanya pengembangan tanah dasar.

Perbaikan : membongkar bagian rusak dan melapisinya kembali.

j. Cacat Permukaan ( Disintegration )

Yang mengarah kepada kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari lapis perkerasan yang termasuk dalam cacat permukaan ini adalah :

a. Lubang ( Potholes )

Berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil sampai dengan besar.

Penyebab :

1. Campuran material lapis permukaan jelek seperti :

- Kadar aspal rendah , sehinnga film aspal tipis dan mudah lepas.

- Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak baik.

- Temperatur campuran tidak memenuhi persyaratan.

- Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal mudah lepas akibat pengaruh cuaca.

2. Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam lapis perkerasan.

3. Retak – retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan mengakibatkan terjdinya lubang lubang kecil.

4. Lubang - lubang tersebut diperbaiki dengan cara dibongkar dan dilapisi kembali Perbaikan yang bersifat permanen disebut juga deep paich ( tambalan dalam ) yang dilakukan sebagai berikut :

- Bersihkan lubang dari air dan material – material lepas

- Bongkar bagian lapis permukaan dan pondasi sedalam dalam nya sehingga mencapai lapisan yang kokoh ( potong dalam bentuk yang persegi panjang ).

5. Beri lapis tack coot sebagai lapis pengikat.

6. Campuran aspal dengan hati - hati sehingga tidak terjadi segregasi.

7. Padat kan lapis campuran dan bentuk permukaan sesuai dengan lingkungannya.

b. Pelepasan Butir ( Raveling )

Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang sama dengan lubang dapat diperbaiki dengan memberikan lapis tambahan diatas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapis tersebut dibersihkan dan dikeringkan.

c. Pengelupasan Lapis Permukaan ( Stripping )

Dapat disebabkan oleh ikatan antara lapis permukaan dan lapis dibawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diaratkan dan dipadatkan setelah itu dilapisi dengan buras.

d. Pengausan ( Polished Aggregate )

Permukaan jalan menjadi licin, sehingga membahayakan kendaraan. pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak berbentuk cubical.

Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan letasir, buras atau latason.

e. Kegemukan ( Bleeding Of Flushing )

Permukaan jalan menjadi licin Pada temperatur tinggi, aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda berbahaya bagi kendaraan.

Kegemukan ( bleeding ) dapat disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prince coat atau tack coat dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan atau lapis aspal diangkat dan kemudian diberi lapisan penutup.

f. Penurunan Pada Bekas Penanaman Utilitas ( Utility Cut Deppreseion)

Penurunan yang terjadi disepanjang bekas penanaman utilitas terjadi karena pemadatan yang tidak memenuhi syarat. dapat diperbaiki dengan dibongkar kembali dan diganti yang sesuai.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mencapai tujuan penulisan ini adalah:

a. Pengumpulan data perimer

Data primer dapat dari survey dilapangan yangdilakukan dengan meninjau langsung ke tempat penelitian sehingga dapat dianalisa data yang diperoleh untuk menarik kesipulan dan meyajikan sarana yang di anggap perlu.

b. Pengumpulan data sekunder Data sekunder dapat berdasar kan literature yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini juga data yangyang dikumpulkam dari instan –instansi terkait seperti Dinas PU.

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi dan dokumentasi berada di Jalan Simpang Lekis – Simpang Batumarta Unit II Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Waktu penelitian:

1. Hari jum’at tanggal 3 September 2010 dari pukul 08.00 – 14.00 Wib

2. Hari Minggu tanggal 5 September 2010 dari pukul 10.00 – 15.00 Wib

3. Hari Senin tanggal 6 September 2010 dari pukul 08.00 – 14.00 Wib

4. Hari Kamis tanggal 9 September 2010 dari pukul 09.00 – 15.00 Wib

Gambar 3.2. Diagram Alur Penelitian




Tidak ada komentar:

Posting Komentar