Rabu, 22 Juni 2011

Askeb Gagal Nafas By Endha BLog

1. DEFINISI
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi.
Gagal nafas adalah petukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksemia,hiperkapnia,dan asidosis.(Arif Muttaqin 2008,hal 214)
2. ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyebabkan gagal nafas.

3. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksemia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksemia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pneumonia atau dengan penyakit paru paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
4. TANDA DAN GEJALA
a. Tanda
Gagal nafas total
• Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga ada pengembangan dada pada inspirasi
• Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
• Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
• Ada retraksi dada
b. Gejala
• Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
Pemeriksaan gas darah arteri penting untuk menentukan adanya asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik,serta untuk mengetahui apakah klien mengalami asidosis metabolik serta alkalosis metabolik atau keduanya pada klien yang sudah lama mengalami gagal nafas.Selain itu, pemeriksaan ini jugasangat penting untuk mengetahui oksigenasi serta evaluasi kemajuan therapi atau pengobatan yang diberikan pada klien.



b. Pemeriksaan rontgen dada
Berdasarkan pada foto thoraks PA/AP dan lateral serta fluoroskopi akan banyak data yang diperoleh seperti terjadinya hiperinflasi,pneumothoraks,efusi pleura,dan tumor paru.
c. Pengukuran fungsi paru
Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui ada tidaknya gangguan obstruksi paru.
d. EKG
Adanya hipertensi pulmonal dapa dilihat pada EKG yang ditandai dengan perubahan gelombang P meninggi di sadapan II,III,dan AVF,serta jantung yang mengalami hipertropi ventrikel kanan. Iskemia dan aritmia jantung sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan oksigenasi.
e. Pemeriksaan Sputum
Yang perlu diperhatikan ialah warna,bau,dan konsistensi.Jika perlu dilakukan kultur dan uji kepekaan terhadap kuman penyebab.Jika dijumpai ada garis-garis darah pada sputum (blood strekaed),kemungkinan disebabkan oleh brinkitis,bronkiektasis,pneumonia,TB paru,dan keganasan.Sputum yang berwarna merah jambu dan berbuih kemungkinan disebaban udem paru.Untuk sputum yang mengandung banyak sekali darah,lebih sering merupakan tanda dari TB paru atau adanya keganasan paru.

a. PENATALAKSANAAN MEDIS
· Pantau ABC
· Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
· Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinue (CPAP) atau PEEP
· Inhalasi nebuliser
· Fisioterapi dada
· Pemantauan hemodinamik/jantung
· Pengobatan: Brokodilator dan Steroid
· Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan



Prinsip penanganan Gagal Nafas
a. Sekret yang tidak tertahan (batuk tidak efektif) : Hidrasi yang memadai,ekspektoran,aerosol,batuk yang dibantu,aspirasi dengan kateter,penyedotan bronkoskopi,aspirasi dengan selang endotrakeal.
b. Hipoksemia : therapi oksigen yang bertahap dengan pemantauan gas darh yang sering.
c. Hiperkapnia : Rangsangan respiratorik (overdosis obat),hindari sedasi,ventilasi buatan melalui selang ET.
d. Infeksi saluran nafas : Antibiotik,diberikan sebaiknya setelah diperoleh hasil kultur dan uji kepekaan terhadap kuman penyebab.
e. Bronkospasme : Obat-obatan brobkodilator.

Askeb Sustion By Endha Blog

A. Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. ( Ignativicius, 1999 ).
Sebagian pasien mempunyai permasalahan di pernafasan yang memerlukan bantuan ventilator mekanik dan pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube), dimana pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube) masuk sampai percabangan bronkus pada saluran nafas. Pasien yang terpasang ETT (Endo Trakeal Tube) dan ventilator maka respon tubuh pasien untuk mengeluarkan benda asing adalah mengeluarkan sekret yang mana perlu dilakukan tindakan suction
Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas dengan memakai kateter penghisap melalui nasotrakeal tube (NTT), orotraceal tube (OTT), traceostomy tube (TT) pada saluran pernafasa bagian atas. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum, merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru. Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring terutama sebagai akibat penghisapan melalui trakea gangguan perdarahan, edema laring, varises esophagus, perdarahan gaster, infark miokard (Elly, 2000).
B. Indikasi penghisapan sekret endotrakeal diperlukan untuk
1. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenence)
a. Pasien tidak mampu batuk efektif
b. Di duga ada aspirasi.
2. Membersihkan jalan napas (branchial toilet) bila ditemukan :
a. Pada auskultasi terdapat suara napas yang kasar, atau ada suara napas tambahan.
b. Di duga ada sekresi mukus di dalam sal napas.
c. Klinis menunjukkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernapasan.
3. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium.
4. Sebelum dilakukan tindakan radiologis ulang untuk evaluasi.
5. Mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.
Penerapan prosedur suction diharapkan sesuai dengan standar prosedur yang sudah ditetapkan dengan menjaga kesterilan dan kebersihan agar pasien terhindar dari infeksi tambahan karena prosedur tindakan suction. Adapun standar yang digunakan di RS dr. Kariadi adalah (Protap RSUP Dr. Kariadi, 2004)
C. Standar alat
1. Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai.
2. Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa.
3. Pinset steril atau sarung tangan steril.
4. Cuff inflator atau spuit 10 cc.
5. Arteri klem.
6. Alas dada atau handuk.
7. Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam pinset.
8. Kom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter.
9. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam kateter yang sudah dipakai.
10. Ambubag / air viva dan selang o2.
11. Pelicin / jely
12. Nacl 0,9 %
13. Spuit 5 cc.
D. Standar pasien.
1. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakuakan.
2. Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan.
E. Prosedur.
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2. Sebelum dilakukan penghisapan sekresi :
a. Memutar tombol oksigen menjadi 100 %
b. Menggunakan air viva dengan memompa 4–5 kali dengan kosentrasi oksigen 15 liter.
c. Melepaskan hubungan ventilator dengan ETT.
3. Menghidupkan mesin penghisap sekresi.
4. Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian perlahan- lahan dimasukakan ke dalam selang pernafasan melalui ETT.
5. Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat kateter dimasukkan ke ETT.
6. Menarik kateter penghisap kira–kira 2 cm pada saat ada rangsangan batuk untuk mencegah trauma pada carina
7. Menutup lubang melipat pangkal, kateter penghisap kemudian suction kateter ditarik dengan gerakan memutar.
8. Mengobservasi hemodinamik pasien.
9. Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan cara baging.
10. Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernafas 3-7 kali.
11. Masukkan Nacl 0,9 % sebanyak 3-5 cc untuk mengencerkan sekresi.
12. Melakukan baging.
13. Mengempiskan cuff pada penghisapan sekresi terahir saat kateter berada dalam ETT, sehingga sekresi yang lengket disekitar cufft dapat terhisap.
14. Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff infaltor setelah ventilator dipasang kembali.
15. Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam dengan cairan desinfektan dalam tempat yang sudah disediakan.
16. Mengobservasi dan mencatat
a. Tensi, nadi, dan pernafasan.
b. Hipoksia.
c. Tanda perdarahan, warna, bau, konsentrasi.
d. Disritmia.
F. Komplikasi yang dapat terjadi akibat penghisapan sekret endotrakeal sebagai berikut( Setianto, 2007):
1. Hipoksia / Hipoksemia
2. Kerusakan mukosa bronkial atau trakeal
3. Cardiac arest
4. Arithmia
5. Atelektasis
6. Bronkokonstriksi / bronkospasme
7. Infeksi (pasien / petugas)
8. Pendarahan dari paru
9. Peningkatan tekanan intra kranial
10. Hipotensi
11. Hipertensi
G. Evaluasi dari hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan
penghisapan sekret endotrakeal adalah (Setianto, 2007):
1. Meningkatnya suara napas
2. Menurunnya Peak Inspiratory Pressure, menurunnya ketegangan saluran pernapasan, meningkatnya dinamik campliance paru, meningkatnya tidal volume.
3. Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau saturasi oksigen yang bisa dipantau dengan pulse oxymeter
4. Hilangnya sekresi pulmonal.

Askeb Fraktur Iga By Endha BLog

A. Anatomi dan Fisiologi
Tulang Rib atau iga atau Os kosta jumlahnya 12 pasang (24 buah), kiri dan kanan, bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan. Bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas vertebra torakalis dengan perantaraan persendian. Perhubungan ini memungkinkan tulang-tulang iga dapat bergerak kembang kempis menurut irama pernapasan.
Tulang iga dibagi tiga macam:
a. Iga sejati (os kosta vera), banyaknya tujuh pasang, berhubungan langsung dengan tulang dada dengan perantaraan persendian.
b. Tulang iga tak sejati (os kosta spuria), banyaknya tiga pasang, berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan dari tulang iga sejati ke- 7.
c. Tulang iga melayang (os kosta fluitantes), banyaknya dua pasang, tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.
Berfungsi dalam sistem pernapasan, untuk melindungi organ paru-paru serta membantu menggerakkan otot diafragma didalam proses inhalasi saat bernapas.
Setelah tulang iga terdapat lapisan otot Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
Setelah lapisan otot. Rongga dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan bronkus.
Paru-paru dilapisi oleh Pleura. Lapisan ini adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru – paru normal, hanya ruang potensial yang ada.
Rongga toraks dibentuk oleh suatu kerangka dada berbentuk cungkup yang tersusun dari tulang otot yang kokoh dan kuat, namun dengan konstruksi yang lentur dan dengan dasar suatu lembar jaringan ikat yang sangat kuat yang disebut Diaphragma. Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru – paru selama respirasi biasa / tenang sekitar 75%.

A. Pengertian
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan. (Azzilzah, 2010)
Fraktur iga yaitu retak atau rusaknya struktur tulang iga. Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada. (Smeltzer dan Bare, 2001)
A. Etiologi
Penyebab tersering, biasanya akibat kecelakaan lalulintas, Trauma tumpul kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada dasar yang keras atau akibat perkelahian.

B. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis cedera dinding dada ini tergantung dari akibatnya terhadap fungsi respirasi dan kardiovaskuler; fraktur tulang iga sederhana yang dialami oleh penderita trauma toraks dengan penurunan faal paru mungkin akan mengakibatkan gangguan fungsi respirasi dan kardiovaskuler yang cukup berat.
Nyeri tekan, crepitus dan deformitas dinding dada, adanya gerakan paradoksal, tanda–tanda insuffisiensi pernafasan : sianosis, tachypnea, Kadang akan tampak ketakutan dan cemas, karena saat bernafas bertambah nyeri.

C. Klasifikasi Fraktur Iga
Fraktur iga dan sternum sering merupakan akibat dari trauma tumpul toraks, dapat dijumpai mulai dari fraktur jenis sederhana (greenstick, simple, isolated) hingga fraktur iga jamak (multiple). Borrie, J membuat pembagian fraktur iga menjadi :
a. Simple (isolated), merupakan fraktur iga tanpa kerusakan yang berarti dari jaringan lainnya.
b. Compound, truma menembus kulit dan merobek pleura parietalis di bawahnya yang disertai fraktur iga.
c. Complicated, fragmen dari fraktur iga menyebabkan cedera organ visera.
d. Pahtologic, neoplasma atau kista tulang iga sebagai penyebab dari fraktur iga.
e. Flail chest adalah area thoraks yang “melayang” (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multipel berturutan ≥ 3 iga , dan memiliki garis fraktur ≥ 2 (segmented) pada tiap iganya dapat tanpa atau dengan fraktur sternum.

D. Patofisiologi
Costae merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap organ di dalamnya dan yang lebih penting adalah mempertahankan fungsi ventilasi paru. Fraktur costae dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan, samping, ataupun dari belakang. Walaupun kontruksi tulang iga sangat kokoh dan kuat namun tulang iga adalah tulang yang sangat dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki pelindung. Apabila terjadi trauma tajam dan trauma tumpul dengan kekuatan yang cukup besar saja yang mampu menimbulkan cedera pada alat / organ dalam yang vital yang ada di dalamnya. Cedera pada organ tersebut tergantung pada bagian tulang iga yang mana yang mengalami fraktur. Cedera pada tiga iga pertama jarang terjadi karena ditunjang pula oleh tulang-tulang dari bahu seperti skapula, kalvikula, humerus dan seluruh otot. Namun dapat mengakibatkan kematian yang tinggi karena fraktur tersebut berkaitan dengan laserasi arteri atau vena subkalvia. Cedera pada iga keempat hingga kesembilan merupakan tempat fraktur yang paling umum dapat terjadi kemungkinan cedera jantung dan paru. Dapat mengakibatkan kerusakan ventilasi paru, meningkatkan stimulasi saraf sehingga pasien akan mengalami nyeri yang sangat hebat, nyeri tekan, dan spasme otot di atas area fraktur, yang diperburuk dengan batuk, napas dalam, dan gerakan. Sehingga terjadi masalah keperawatan yaitu Nyeri akut. Untuk mengurangi nyeri tersebut pasien melakukan kompensasi dengan bernapas dangkal sehingga masalah keperawatan yang akan timbul adalah Ketidakefektifan pola pernapasan dan menghindari untuk menghela napas, napas dalam, batuk, dan bergerak. Keengganan untuk bergerak atau bernapas ini sangat mengakibatkan penurunan ventilasi dan juga dapat terjadi masalah keperawatan yaitu Inefektif bersihan jalan napas dan Gangguan mobilitas fisik, selanjutnya dapat terjadi kolaps alveoli yang tidak mendapatkan udara (atelektasis) sehingga terjadi hipoksemia bahkan dapat terjadi gagal napas. Apabila melukai otot jantung dapat mengakibatkan tamponade jantung dengan tertimbunnya darah dalam rongga perikardium yang akan mampu meredam aktivitas diastolik jantung.
Sedangkan iga 10-12 agak jarang terjadi fraktur, karena iga 10-12 ini bisa mobilisasi, apabila terjadi fraktur kemungkinan cedera organ intraabdomen seperti pada limpa dan hepar karena tergores oleh patahan tulang iga.
A. Penatalaksanaan
Pada fase akut, pasien harus istirahat dan tidak melakukan aktivitas fisik sampai nyeri dirasakan hilang oleh pasien. Pemberian Oksigen membantu proses bernapas. Namun tidak dianjurkan dilakukan pembebatan karena dapat mengganggu mekanisme bernapas.
Pengobatan yang diberikan analgesia untuk mengurangi nyeri dan membantu pengembangan dada: Morphine Sulfate. Hidrokodon atau kodein yang dikombinasi dengan aspirin atau asetaminofen setiap 4 jam. Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat fraktur costae - Bupivakain (Marcaine) 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar nervus interkostalis pada costa yang fraktur serta costa-costa di atas dan di bawah yang cedera. Tempat penyuntikan di bawah tepi bawah costa, antara tempat fraktur dan prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah interkostalis dan parenkim paru.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengontrol nyeri dan untuk mendeteksi serta mengatasi cedera. Sedasi digunakan untuk menghilangkan nyeri dan memungkinkan napas dalam dan batuk. Harus hati-hati untuk menghindari oversedasi dan menekan dorongan bernapas. Strategi alternatif untuk menghilangkan nyeri termasuk penyekat saraf interkosta dan es di atas tempat fraktur, korset dada dapat menurunkan nyeri saat bergerak. Biasanya nyeri dapat diatasi dalam 5 sampai 7 hari dan rasa tidak nyaman dapat dikontrol dengan analgesia apidural, analgesia yang dikontrol pasien, atau analgesia non-opioid. Kebanyakan fraktur iga menyembuh dalam 3 sampai 6 minggu. Pasien dipantau dengan ketat terhadap tanda-tanda dan gejala yang berkaitan dengan cedera.
Setelah nyeri berkurang, lakukan latihan fisik dengan ahli fisioterapi pada keadaan fraktur yang tidak terlalu berat. Lakukan peghisapan mukus. Pada keadaan fraktur yang sangat buruk seperti pada Flail Chest, kasus ini membutuhkan pembedahan traksi pada bagian dinding dada yang mengambang, bila keadaan penderita stabil dapat dilakukan stabilisasi dinding dada secara operatif.

B. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah Lengkap secara berkala seperti pemeriksaan Hb, Ht, Leuko, Trombosit, dan analisa gas darah.
b. Rontgen Dada
c. EKG
d. Aortografi : Untuk memeriksa ada tidaknya ruptur aorta

C. Komplikasi
a. Atelektasis
b. Pneumonia
c. Hematotoraks
d. Pneumotoraks
e. Cidera arteri intercostalis
f. Pleura visceralis, paru maupun jantung
g. Laserasi jantung

D. Prognosa
Fraktur iga pada anak dengan tanpa komplikasi memiliki prognosis baik karena tulang iga anak-anak yang masih lentur hanya menyebabkan ruptur saja dibutuhkan benturan yang cukup kuat untuk menyebabkan fraktur pada tulang iga anak. Sedangkan Fraktur iga pada orang dewasa, penyambungan tulang relatif lebih lama dan biasanya disertai komplikasi.

Perilaku Organisasi By Endha Blog

PERILAKU ORGANISASI
1. Organisasi
Organisasi adalah suatu unit sosial yang dikoordinasikan secara sengaja, terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi pada suatu basis yang relative bersinambung untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan. Orang-orang yang mengawasi kegiatan-kegiatan orang lain yang bertanggung jawab atas pencapaian tujuan dalam organisasi adalah manajer (meskipun kadang-kadang mereka disebut administrator, terutama dalam organisasi nirlaba).

2. Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
Perilaku organisasi (PO) adalah bidang ilmu yang mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan tentang bagaimana manusia berperan atau berperilaku atau bertindak di dalam organisasi (Davis&Newstrom, 1989).
Studi tersebut mencakup pembahasan tentang aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia yang bekerja di dalamnya; juga aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi dimana mereka berada. Tujuannya memperlancar upaya pencapaian tujuan organisasi.

3. Ruang Lingkup Perilaku Organisasi
Elemen-elemen kunci dalam perilaku organisasi adalah:
a. Manusia.
Manusia membentuk sistem sosial yang bersifat internal dalam organisasi.
b. Struktur
Struktur organisasi menentukan hubungan formal manusia.
c. Teknologi.
Teknologi memberikan modal manusia dalam tugas-tugasnya.
d. Lingkungan tempat organisasi tersebut beroperasi.
Lingkungan merupakan faktor luar yang mempengaruhi organisasi, mempengaruhi sikap manusia, kondisi kerja, pesaing dan kekuatan
Menurut S.P.Robin dalam mempelajari perilaku manusia dalam organisasi terdapat tiga tingkatan analisis yaitu :
1. Tingkatan Individu
Karakteristik bawaan individu dalam organisasi.
2. Tingkatan Kelompok
Dinamika perilaku kelompok dan faktor-faktor determinannya
3. Tingkatan Organisasi
Faktor-faktor organisasi yang mempengaruhi perilaku individu dan kelompok.

4. Perilaku Individu dan kelompok dalam organisasi.
a. Individu.
Variabel Individu yang mempengaruhi Perilaku Organisasi
1. Variabel-Variabel Dependen
Yaitu faktor-faktor kunci yang ingin dijelaskan atau diperkirakan dan yang terpengaruh sejumlah factor lain (suatu respons yang dipengaruhi oleh suatu variabel bebas). Variabel-variabel dependen tersebut antara lain :
a) Produktivitas
Yaitu suatu ukuran kinerja yang mempengaruhi keefektifan dan efisiensi.
b) Keabsenan (kemangkiran)
Yaitu gagal atau tidak melapor untuk bekerja
c) Pengunduran diri (keluar masuknya karyawan)
Yaitu penarikan diri secara sukarela dan tidak sukarela dari suatu organisasi
d) Kepuasan kerja
Yaitu suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang atau selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.





2. Variabel-Variabel Independen
1. Karakteristik Biografis meliputi :
a. Usia
Dengan berjalannya waktu, ada suatu keyakinan yang meluas bahwa productivitas merosot dengan semakin tuanya seseorang, sering di andaikan keterampilan seorang individu terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun dengan berjalannya waktu.
b. Jenis kelamin
Studi – studi psikologis telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki pengharapan (ekspentasi) untuk sukses, tapi perbedaan ini kecil adanya.
c. Status perkawinan.
Riset yang consisten menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan pekerjaan mereka daripada rekan sekerjanya yang bujangan.
d. Masa kerja
Riset yang menghubungkan masa kerja dengan kemangkiran sangatlah Blak – blakkan. Secara konsisten studi – studi menunjukkan bahwa senioritas berkaitan negatif dengan kemangkiran. Memang, baik dalam seringnya absen maupun dalam total hari yang hilang pada saat bekerja, masa kerja merupakan variabel penjelas tunggal yang paling penting.
2. Kemampuan
Kemampuan mempengaruhi langsung tingkat kinerja dan kepuasan seorang karyawan lewat kesesuaian kemampuan pekerjaan.
3. Kepribadian
Suatu tinjauan ulang terhadap literatur kepribadian memberikan garis panduan umum yang dapat membimbing ke kinerja yang efektif. Karakteristik kepribadian menciptakan parameter untuk perilaku orang – orang. Karakteristik itu memberikan kepada kita kerangka untuk meramalkan perilaku.
4. Pembelajaran.
Setiap perubahan perilaku yang dapat diamati. Menurut defenisi, adalah bukti prima facie ( utama ) bahwa tidak terjadi proses pembelajaran. Tentu saja, apa yang ingin kita lakukan adalah memastikan apakah konsep – konsep belajar memberi kepada kita wawasan yang akan memungkinkan kita menjelaskan dan meramalkan perilaku.
b. Kelompok
Kelompok adalah kumpulan orang – orang yang bergaul / berinteraksi satu sama lain secara teratur dalam suatu periode waktu serta menganggap diri mereka saling bergantung dalam kaitannya dengan pencapaian satu tujuan bersama atau lebih. Kumpulan dari orang – orang yang saling tidak mengenal satu sama lain dalam suatu bus bukanlah suatu kelompok, namun jika kumpulan dari orang – orang yang tidak saling mengenal itu bergabung untuk beberapa hari dalam situasi dimana mereka harus bekerja sama agar dapat hidup dan tolong menolong, maka ikatan kelompok akan cepat berkembang.
a. Klasifikasi Kelompok
1. Kelompok Formal
Kelompok Formal ada dalam setiap organisasi. Kelompok formal adalah suatu suatu sub unit organisasi resmi yang didirikan dengan anggaran dasar organisasi atau dengan surat keputusan manajer. Kelompok kerja, panitia, departemen kecil. Semuanya merupakan contoh kelompok formal. Dalam kelompok formal, tujuan, peraturan – peraturan, keanggotaan dan pemiihan pemimpin biasanya ditentukan oleh organisasi ini.
2. Kelompok Informal.
Kelompok informal juga dapat ditemukan dalam setiap organisasi. Kelompok- kelompok ini berkembang menyimpang dari rancangan organisasi yang ditetapkan secara resmi dan kelompok informal hidup sebagai subkultur yang relatif berkuasa atau dominan dalam organisasi. Kelompok informal biasanya terbentuk bila orang – orang bekerja saling berdekatan satu sama lain atau sering bergaul dalam pekerjaannya.
b. Pengaruh Kelompok dalam organisasi
Kelompok dapat mempengaruhi perilaku anggotanya secara langsung dengan cara penekanan sosial. Perilaku penyesuaian pada norma – norma kelompok dikenal sebagai kepatuhan.
Kelompok juga dapat mempengaruhi sikap dan keyakinan seseorang. Bila anggota kelompok seringali berkumpul dan mereka bergantung satu sama lain, maka mereka cenderung mengembangkan sikap dan keyakinan yang sama. Lebih – lebih bila seseorang merasa memiliki kelompok serta mengidentifikasikan diri dengannya cenderung menerima nilai – nilai serta norma – norma kelompok acuan tersebut. Dengan mempengaruhi sikap dan keyakinan anggotanya, kelompok secara tidak langsung mempengaruhi perilaku anggotanya karena perilaku seseorang cenderung konsisten dengan sikapnya jika tidak terdapat penekanan sosial yang kuat untuk bertindak lain. Jadi, kelompok mempunyai dua sumber pengaruh, yaitu pengaruh langsung dari penekanan sosial dan pengaruh tidak langsung dengan bujukan sikap.

5. Hasil yang diharapkan dalam perilaku organisasi
Dalam perilaku berorganisasi hasil yang diharapkan oleh individu dan kelompok adalah mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan membantu menentukan organisasi, serta memberikan arah dan menghindari kekacauan dalam organisasi.

6. Mengapa Kepala Ruangan perlu memahami perilaku Individu dan Kelompok.
Yang perlu kita ketahui terlebih dahulu ialah fungsi, peran, serta keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang Manager atau kepala ruangan ialah :
a. Fungsi Manajemen
Menurut Fred Luthans dan pembantu-pembantunya bahwa manajer melakukan empat kegiatan manajerial :
1. Manajemen tradisional : mengambil keputusan, merencanakan, dan mengendalikan
2. Komunikasi : mempertukarkan informasi rutin dan memproses dokumen
3. Manajemen sumber daya manusia : memotivasi, mendisiplinkan, mengelola konflik, pengisian staf (staffing) dan melatih.
4. Membentuk jaringan : bersosialisasi, berpolitik, dan berinteraksi dengan orang-orang luar.



b. Keterampilan yang dimiliki manajemen.
1.Keterampilan teknis
Kemampuan menerapkan pengetahuan atau keahlian spesialisasi.
2. Keterampilan manusiawi
Kemampuan bekerja sama dengan memahami, dan memotivasi orang lain, baik perorangan maupun dalam kelompok.
3. Keterampilan konseptual
Kemampuan mental untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi rumit.

Manajer atau kepala ruangan disini menyelesaikan urusan dan pekerjaan melalui orang lain. Mereka mengambil keputusan, mangalokasikan sumber daya, dan mengarahkan kegiatan orang lain untuk mencapai tujuan. Manajer melakukan pekerjaan meraka dalam suatu organisasi.
Organisasi merupakan suatu unit (satuan) sosial yang di koordinasikan dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan atau serangkaian tujuan bersama.
Orang yang mengawasi kegiatan orang lain dan bertanggung jawab atas pencapaian tujuan dalam organisasi ini adalah manajer atau kepala ruangan di dalam ruang lingkup rumah sakit atau perkantoran.
Oleh karena sifat Individu seseorang berbeda – beda maka seorang manajer sangatlah perlu memahami perilaku individu dan kelompok di dalam organisasi yang di pimpinnya.