Askep Angina Pektoris
PENGERTIAN
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis dimana klien mendapat serangan dada yang khas.yaitu seperti ditekan atau terasa berat didada yang sering kali Menjalar kelengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu klien melakukan suatu aktifitas dan segera hilang bila klien menghentikan aktifitas ( syaifullah,1998 :1082)
ETIOLOGI
Anemia –darah kurang membawa/mengandung o2
Hypoxsemia – untuk miokard
Policytemia – darah kental –aliran lambat
Kondisi yang meningkatkan cardiac output seperti:
- olah raga
- stress/emosi
- terlalu banyak makan
- anemia
- hypertiroidisme
- kondisi dimana miokard membutuhkan miokard O2 yang banyak seperti:
- hypertropy prostat
- stenosis aorta
- aortic insuffisiensi
KLASIFIKASI ANGINA PECTORIS
1. Angina pectoris stabil (chronik stable angina pectoris)
- Pada angina stabil keluhan nyeri dada timbul hilang berulang kali dalam periode waktu lebih
dari 2 bulan dan tidak berubah polanya dalan frekuensi serangan, lama dan beratnya rasa
nyeri ataupun kondisi yang mencetuskan timbulnya serangan.
- Lamanya tiap serangan nyeri dada berkisar antara 3-5 menit dan jarang melebihi 10 menit.
- Latar belakang AP stabil adalah kebutuhan aliran darah koroner yang meningkat, misalnya
pada waktu kerja fisik atau saat olah raga dan suplay coroner tidak dapat memenuhi
kebutuhan aliran darah tersebut.
2. Angina pectoris tidak stabil
- AP tidak stabil yang sering disebut sebagai angina pre infark disebabkan aterosklerosis arteri
koronaria yang disertai trombosis akibat terkoyaknya bercak aterom yang
memperberat stenosis dan menghambat aliran koroner secara mendadak, sehingga akhirnya
dapat menyebabkan miokard.
- Dalam keadaan ini dapat dikatakan bahwa episode AP yang tidak stabil lebih disebabkan
suplay aliran koroner yang cepat menurun.
3. Angina pectoris prinzmental
- serangan nyeri dada pada AP prinzmental terjadi pada waktu istirahat dan berlangsung selama
1-15 menit kadang sampai 20 menit.
- Seringkali timbul pada harian yang hampir sama
- Serangan nyeri dada tersebut kadang kal dapat dicetuskan oleh merokok sigaret atau
karena emosi berat.
- AP prinzmental lebih disebabkan oleh spasme arteri koroneria yang menyertai ateroskerosis
arteri tersebut.
MANIFESTASI KLINIK
1. Subyektif
a. Perasaan tidak enak pada daerah dada substernal selama 1-4 menit berkurang dengan
istirahat atau pemberian obat nitrat
- nyeri dada seperti tertekan, terbakar, berat
- dapat menjalar kebahu, punggung,
- lengan,danleher sampai epigastrium
- umumnya akibat faktor pencetus sbb : latihan fisik, kerja berat, emosi, makan , suhu
yang dingin, dan merokok
b. dyspneu / sesak nafas
c. mual / muntah
d. cemas
e. lemas
2. Obyektif
a. Tachicardi
b. hypotensi / hypertensi
c. tachipnoe
d. keringat dingin
PENATALAKSANAAN
1. mengurangi rasa sakit
- nitrogliserin ( ntg ) sublingual, tablet, iv
- calsium chanel bloker ( nifedipine )
2. meningkatkan suplay oksigen
- pemberian o2 melalui nasal kanul 4-5 liter/menit
- pemberian chanel bloker atau nitrat, jika ada spasme
- pemberian tranfusi darah, jika ada anemia
- pengontrolan disritmia
3. mengurangi kebutuhan oksigen miokard
- istirahatkan pasien/ menghentikan aktivitas
- pertahankan posisi bedrest selama nyeri dada
- pemberian nitrat ( mengurangi preload )
- pemberian beta bloker ( mengurangi hr dan kontraktilitas )
- pemberian calsium chanel bloker
- pengontrolan disritmia
- ciptakan lingkungan yang tenang
4. monitor terjadinya komplikasi
- infark miokard
- disritmiakongestif healt failure
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. EKG
Karakteristik ischemia : - depresi ST
- gelombang t terbalik
2. Monitor holter
- yaitu ekg fortable
- ekg monitor 24 jan – pasien tetap mengerjakan harian
3. Angiografi koroner
Untuk melihat adanya penyempitan / sumbatan
4. pemeriksaan stress ( stress testing )
- mengayuh pedal sepeda yang diam atau berjalan pada tretmill, selama pemeriksaan ekg
direkam
- resiko infark miokard yaitu < 1/500
- resiko kematian < 1/10000
PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit masalalu
d. Kebiasaan sehari-hari
e. Pola aktifitas
f. Pola nutrisi
PEMERIKSAAN FISIK
Data subyektif yang berhubungan dengan nyeri :
a. lokasi dan durasi kedaerah lain –sering didaerah substernal
b. kwalitas nyeri : nyeri dapat mencekik atau rasa berat dalam dada
c. datang dan menetapnya rasa nyeri singkat
d. faktor-faktor pencetus sering karena :
- gerakan
- kepanasan
- kedinginan
- stress atau emosi
- makan banyak
e. gejala-gejala yang menyertai : gelisah, mual, diaphoresis
f. faktor-faktor yang meringankan : berkurang karena istirahat dan pemberian obat (nitrogliserin)
RENCANA KEPERAWATAN
Perubahan kenyamanan : nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot jantung.
Kriteria hasil :
Individu akan
1. Memperlihatkan bahwa orang lain membenarkan nyeri itu ada.
2. Memperlihatkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan penurunan rasa nyeri yang
memuaskan.
Intervensi :
1. Tingkatkan pengetahuan
a. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu, jika diketahui
b. Menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung, jika diketahui.
c. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dan prosedur secara detail dengan menghubungkan
ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan, dan perkiraan lamanya terjadi nyeri.
2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut.
3. Hubungkan penerimaan anda tentang respons individu terhadap nyeri.
a. Mengenali adanya rasa nyeri.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri.
c. Memperlihatkan bahwa anda sedang mengkaji nyeri karena anda ingin mengerti lebih baik
(bukan untuk menentukan apakah nyeri tersebut benar-benar ada).
4. Kaji keluarga untuk mengetahui adanya kesalahan konsep tentang nyeri atau penanganannya.
5. Bicarakan alasan-alasan mengapa individu dapat mengalami peningkatan atau penurunan nyeri
(mis; keletihan meningkatkan nyeri, distraksi menurunkan nyeri).
a. Berikan dorongan anggota keluarga untuk saling menceritakan rasa prihatinnya secara pribadi.
b. Kaji apakah keluarga menyangsikan nyeri dan bicarakan pengaruhnya pada individu yang
mengalami nyeri.
c. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.
6. Berikan kesempatan kepada individu untuk istirahat selama siang dan waktu tidur yang tidak
terganggu pada malam hari.
7. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi, bersamaan dengan
metode lain untuk menurunkan nyeri.
8. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, bernapas dengan teratur.
9. Ajarkan penurunan nyeri noninvasif
a. Relaksasi
- Intruksikan teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan
intensitas nyeri.
- Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.
- Ajarkan teknik relaksasi khusus (mis; bernapas perlahan, teratur, dan napas dalam-kepalkan
tinju-menguap)
b. Stimulasi kutan
- Bicarakan dengan individu berbagai metoda stimulasi kulit dan efek-efeknya pada nyeri.
- Bicarakan setiap metoda berikut ini dan tindakan kewaspadaannya:
Botol air panas
Bantalan pemanas listrik
Mandi rendam air hangat
Kantung panas lembab
Hangatnya sinar matahari
Selimut dari plastik diatas area yang sakit untuk menahan panas tubuh (mis;lutut, siku)
- Bicarakan setiap metoda berikut dan tindakan kewaspadaannya:
Handuk dingin (diperas)
Rendaman air dingin
Kantung es
Kantung jeli dingin
Masase es
- Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol dan masase/pijat punggung.
10. Berikan individu pengurang rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
11. Setelah pemberian pengurang rasa sakit, kembali 30 menit kemudian untuk mengkaji
efektifitasnya.
12. Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada keluarga (mis;
ketagihan, ragu-ragu tentang nyeri).
13. Berikan individu kesempatan untuk membicarakan ketakutan, marah, dan rasa frustrasinya
di tempat tersendiri, pahami kesukaran situasi.
14. Berikan dorongan individu untuk membicarakan pengalaman nyerinya.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen : angina.
Kriteria hasil :
Individu akan :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas.
2. Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin).
3. Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi, tekanan darah,
pernapasan).
4. Melaporkan reduksi gejala-gejala intoleransi aktivitas.
Intervensi
1. Kaji respon individu terhadap aktivitas.
a. Ukur nadi, tekanan darah, pernapasan saat istirahat.
b. Ukur tanda vital segera dan 3 menit setelah istirahat.
c. Hentikan aktivitas klien bila :
- Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo, kekacauan mental.
- Frekwensi nadi menurun.
- Tekanan sistolik menurun.
- Tekanan diastolik meningkat 15 mmHg.
- Frekwensi pernapasan menurun.
d. Kurangi intensitas, frekwensi, lamanya aktivitas bila.
- Frekwensi nadi lebih dari 3 menit untuk kembali frekwensi awal (atau 6 denyut lebih cepat dari
frekwensi awal).
- Frekwensi pernapasan meningkat berlebihan setelah aktivitas.
- Terdapat tanda-tanda hipoksia.
2. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
a. Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.
b. Berikan kepercayaan kepada klien bahwa mereka dapat meningkatkan status mobilitasnya.
c. Beri penghargaan pada kemajuan yang dicapai.
d. Beri kesempatan klien membuat jadwal aktivitas dan sasaran pencapaian.
e. Tingkatkan toleransi dengan membiarkan klien melakukan aktivitas yang lebih lambat, lebih
banyak istirahat, atau dengan banyak bantuan.
f. Secara bertahap tingkatkan aktivitas diluar tempat tidur 15 menit setiap hari, tiga kali sehari.
g. Izinkan klien untuk mengatur frekwensi ambulasi.
3. Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas.
a. Luangkan waktu untuk istirahat.
b. Lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali hal ini memungkinkan.
c. Saat melakukan suatu aktivitas, istirahat setiap 3 menit selama 5 menit untuk membiarkan
jantung pulih.
d. Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia.
4. Rujuk kepada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan.
Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis : serangan jantung akut
Kriteria hasil
Seseorang akan :
1. Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya
2. Menghubungkan peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis
3. Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas
Intervensi
1. Kaji ansietas : ringan, sedang, berat
2. Memberikan ketentraman dan kenyamanan hati
a. Tinggal bersama klien
b. Jangan atau meminta klien untuk membuat keputusan
c. Berbicara dengan tenang dan perlahan, menggunakan kalimat yang pendak dan sederhana
d. Waspada terhadap perhatian anda sendiri dan hindari ansietas yang timbal balik
e. Perlihatkan rasa empati (mis ; datang dengan tenang, menyentuh, membiarkan menangis,
berbicara)
3. Singkirkan stimulasi yang berlebih (mis; tempatkan klien di ruangan yang lebih tenang); batasi
kontak dengan orang lain
4. Apabila ansietas telah berkurang, bantu klien untuk mengenali ansietas dengan tujuan untuk
mulai memahami atau memecahkan masalah
a. Berikan dorongan klien untuk mengingat dan menganalisa peristiwa ansietas serupa.
b. Gali perilaku alternatif apa yang mungkin telah digunakan jika kopingnya maladaptif.
5. Bantu klien yang sedang marah
a. identifikasi adanya marah (mis; perasaan frustasi, ansietas, ketidakberdayaan, adanya peka
rangsang, berbicara meledak-ledak)
b. Kenali reaksi anda terhadap perilaku klien; waspadai perasaan anda sendiri dalam bekerja
dengan individu yang sedang marah.
c. Bantu dalam membuat hubungan antara frustasi dengan perasaan selanjutnya.
d. Sebutkan batasan-batasan dengan jelas; katakan pada individu apa yang benar-benar
diharapkan (mis; ”Saya tidak dapat membiarkan anda berteriak”[melempar benda-benda, dsb]).
e. Ketika menyebutkan perilaku yang tidak dapat diterima, berikan suatu alternatif (mis; beri
ruangan yang tenang, aktifitas fisik, kesempatan untuk berkomunikasi dari hati ke hati)
f. Kembangkan strategi modifikasi perilaku; bicarakan dengan seluruh personil yang terlibat agar
konsisten
g. Lakukan interaksi dengan klien apabila dia tidak banyak menuntut atau manipulatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar