Pembagian terdahulu mengenai tahapan metabolisme bilirubin yang   berlangsung dalam 3 fase; prehepatik, intrahepatik, dan pascahepatik   masih relevan, walaupun diperlukan penjelasan akan adanya fase tambahan   dalam tahapan metabolisme bilirubin. Pentahapan yang baru menambahkan 2   fase lagi sehingga pentahapan metabolisme bilirtibin menjadi 5 fase.   yaitu fase 1). Pembentukan bilirubin, 2). Transpor plasma, 3). Liver   uptake,4). Konyugasi, dan 5). Eskresi bilier.
Fase Prahepatik
1.  Pembentukan Bilirubin. Sekitar 250 sampai 350 mg bilirubin atau  sekitar  4 mg per kg berat badan terbentuk setiap harinya; 70-80%  berasal dari  pemecahan sel darah merah yang matang. Sedangkan sisanya  20-30% (early  labelled billirubin) datang dari protein heme lainnya  yang berada  terutama di dalam sumsum tulang dan hati. Sebagian dari  protein heme  dipecah menjadi besi dan produk antara biliverdin dengan  perantaraan  enzim hemeoksigenase. Enzim lain, biliverdin reduktase,  mengubah  biliverdin menjadi bilirubin. Tahapan ini terjadi terutama  dalam sel  sistem retikuloendotelial (mononuklir fagositosis).  Peningkatan  hemolisis sel darah merah merupakan penyebab utama  peningkatan  pembentukan bilirubin. Pembentukan early labelled bilirubin  meningkat  pada beberapa kelainan dengan eritropoiesis yang tidak  efektif namun  secara klinis kurang penting.
2. Transport plasma. Bilirubin tidak  larut dalam air, karenanya  bilirubin tak terkonyugasi ini transportnya  dalam plasma terikat dengan  albuinin dan tidak dapat melalui membran  glomerulus, karenanya tidak  muncul dalam air seni. Ikatan melemah dalam  beberapa keadaan seperti  asidosis, dan beberapa bahan seperti  antibiotika tertentu, salisilat  berlomba pada tempat ikatan dengan  albumin.
Fase Intrahepatik.
3. Liver uplakc. Proses  pengambilan bilirubin tak terkonyugasi oleh  hati secara rinci dan  pentingnya protein pengikat seperti ligandin atau  protein Y, belum  jelas. Pengambilan bilirubin melalui transport yang  aktif dan berjalan  cepat, namun tidak termasuk pengambilan albumin.
4. Konyugasi.  Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati  mengalami konyugasi  dengan asam glukuronik membentuk bilirubin  diglukuronida atau bilirubin  konyugasi atau bilirubin direk. Reaksi ini  yang dikatalisasi oleh enzim  mikrosomal glukuronil-transferase yang  menghasilkan  bilirubin yang  larut dalam air. Dalam beberapa keadaan  reaksi ini hanya menghasilkan  bilirubin monoglukuronida, dengan bagian  asam glukuronik kedua  ditambahkan dalam saluran empedu melalui sistem  enzim yang berbeda,  namun reaksi ini tidak dianggap fisiologik.  Biliruibin konyugasi lainnya  selain diglukuronid juga terbentuk namun  kegunaannya tidak jelas.
Fase Pascahepatik
5.  Eskresi Bilii\rubin. Bilirubin konyugasi dikeluarkan ke dalam   kanalilculus bersama bahan lainnya. Anion organik lainnya atau obat   dapat mempengaruhi proses yang kompleks ini. Di dalam usus flora bakteri   men"dekonyugasi" dan mereduksi bilirubin menjadi sterkobilinogen.dan   mengeluarkannya sebagian besar ke dalam tinja yang memberi wama coklat.   Sebagian diserap dan dikeluarkan kembali ke dalam empedu, dan dalam   jumlah kecil mencapai air seni sebagai urobilinogen. Ginjal dapat   mengeluarkan diglukuronida tetapi tidak bilirubin unkonyugasi. Hal ini   menerangkan wama air seni yang gelap yang khas pada gangguan   liepatoselular atau kolestasis intrahepatik. Bilirubin tak terkonyugasi   bersifat tidak larut dalam air namun larut dalam lemak. Karenanya   bilirubin tak terkonyugasi dapat melewati barier darah-otak atau masuk   ke dalam plasenta. Dalam sel hati, bilirubin tak terkonyugasi mengalami   proses konyugasi dengan gula melaltii enzim glukuroniltransferase dan   larut dalam empedu cair.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar